Konflik agraria merupakan permasalah klasik yang muncul sejak masa feodal hingga saat ini. Bahkan, belakangan ini persoalan agraria menjadi semakin mencuat dengan eskalasi konflik yang semakin meningkat karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan lahan. Lahirnya berbahagia kebijakan yang memberi ruang bagi para pemodal terhadap akses lahan juga memicu terjadinya konflik agraria tersebut.
Seperti halnya konflik agraria yang terjadi di berbagai wilayah di Negeri ini, konflik agraria juga terjadi di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi. Sebagian besar masyarakat Desa Cipeuteuy bermatapencahrian sebagai petani. Keterbatasan terhadap akses lahan menjadi problem utama masyarakat di Desa Cioeuteuy. Hal ini terjadi karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan status lahan yang merupakan ex HGU.
Dalam rangka memberikan pemahaman terkait persoalan keagrariaan di Desa Cioeuteuy, maka Pemerintah Desa mengundang P4W dalam forum diskusi. Diskusi ini dilaksanakan pada Hari Rabu, 18 April 2018 disela-sela kegiatan pelatihan teknis penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Sebagai pemapar dalam diskusi tersebut adalah Dr Satyawan Sunito yaitu penjamin mutu P4W.
Dr Satyawan dalam paparannya menyampaikan persoalan seputar keagrariaan dan agenda besar pemerintah rezim Presiden Joko Widodo terkait reforma agraria. Di dalam skema reforma agraria sebagimana disebutkan dalam dokumen RPJMN tahun 2015-2019 bahwa total luas reforma agraria yang bisa diserahkan kepada masyarakat sebanyak 9 Jt Ha. Jumlah tersebut terbagi atas sebanyak 4,5 Jt berupa legalitas asset dan sisanya redistribusi tanah yang diserahkan kepada masyarakat ( 4,1 jt Ha pelepasan hutan dan 0,4 jt Ha HGU habis dan tanah terlantar).
Dr Satyawan juga menyampaikan bahwa reforma agraria dapat dimulai dengan adanya inisiatif dari masyarakat Desa untuk mendesak atau mengajukan permohonan kepada Pemerintah agar mempertimbangkan redistribusi lahan. Ini merupakan langkah strategis yang bisa dilakukan oleh masyarakat Desa Cioeuteuy.