PRESS RELEASE BEDAH BUKU
Isu dan Aksi di Kawasan Puncak dalam Perspektif Ekologi dan Sosial
Penulis: Ernan Rustiadi, Arief Rahman, Siti Wulandari, Setyardi Pratika Mulya
Ada apa dengan Puncak? Apa istimewanya? Istimewanya Puncak setidaknya karena dua alasan berikut:
- bahwa kawasan Puncak memiliki nilai yang strategis bagi ibu kota negara dan penduduknya. Berbagai problematika lingkungan yang terjadi di Jakarta kerap dikaitkan dengan dinamika kondisi kawasan Puncak. Di sisi lain, bagi penduduk ibu kota, kawasan Puncak juga adalah lokasi pelesir utama. Kemacetan panjang yang selalu terjadi di akhir pekan dan di masa liburan tidak menyurutkan niat untuk tetap mengunjunginya;
- bahwa kawasan Puncak adalah ruang bersama yang dalam perjalanannya ditingkahi oleh gesekan antar penghuni dalam pemanfaatannya, seperti pencaplokan lahan perkebunan, pembangunan villa di kawasan hutan, dan macam-macam gesekan lainnya. Gesekan-gesekan ini kemudian tidak hanya berbuah pada konflik antar elemen masyarakat, namun juga berakibat pada bencana-bencana alam yang terjadi. Dibandingkan dengan periode 2011-2015, pada periode 2016-2020 kejadian longsor di kawasan Puncak (khususnya di wilayah Cisarua dan Megamendung) meningkat empat kali lipat. Demikian pula dengan fenomena banjir yang juga meningkat frekuensinya.
Sebagian besar dari buku ini memuat sintesis dari hasil berbagai penelitian yang dilakukan baik oleh mahasiswa-mahasiswa bimbingan, serta berbagai hasili penelitian lainnya baik di IPB maupun di luar IPB, termasuk peneliti-peneliti dari universitas Indonesia. Sebagian lainnya memuat pemberitaan-pemberitaan dan investigasi media massa. Buku ini juga menceritakan perjalanan dan kerja-kerja bersama para mitra dan kelompok-kelompok masyarakat lokal dalam upaya untuk turut menyelamatkan kawasan Puncak. Untuk menjabarkan Puncak secara komprehensif, buku ini terbagi menjadi 2 bagian: isu dan aksi.
- Isu penataan Kawasan Puncak nampaknya tidak kunjung habis dan menjadi etalase kompleksitas persoalan lingkungan ciri khas Indonesia yang berkelindan dengan isu agraria, penataan ruang, kemiskinan, ketimpangan hingga isu kemacetan. Perhatian terhadap potensi wisata di kawasan ini yang berhadapan dengan isu lingkungan sudah diangkat sejak masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, kemudian ke era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto hingga saat ini di era Presiden Jokowi. Namun bahkan persoalan-persoalan yang mendasar seperti koordinasi lintas lembaga pemerintah yang seharusnya bersinergi saling mendukung justru terkesan menjadi semakin rumit, akibatnya masalah lingkungan di Kawasan Puncak tidak kunjung tuntas. Bahkan, beberapa area di Kawasan Puncak menunjukkan kondisi yang menjadi semakin rentan terhadap bahaya bencana.
Sisi yang menggembirakan adalah bahwa geliat ekonomi, serapan investasi, serapan tenaga kerja dan perputaran uang di kawasan ini terus tumbuh, kecuali pada tahun 2020 dan 2021 yang terganggu akibat adanya pandemi Covid-19. Tidak hanya mengandalkan pasar domestik, kawasan ini selalu menjadi destinasi favorit bagi wisatawan mancanegara, khususnya yang berasal dari kawasan Timur Tengah. Itu sebabnya kawasan ini dijadikan kawasan strategis ekonomi oleh Kabupaten Bogor. Hal yang sama juga terlihat di Kawasan Puncak sisi Cianjur. Kawasan ini sebenarnya masih menyimpan beragam potensi pengembangan berskala nasional, bahkan internasional, jika kita mampu memperbaiki penataan lingkungan dan sistem transportasinya.
Melalui buku ini, persoalan Kawasan Puncak dibedah dari berbagai perspektif bidang keilmuan. Dan juga dari berbagai pendekatan, apakah itu ilmiah, akademik, ataupun pemberdayaan. Setelah sekian lama didominasi pendekatan top-down dimana pemerintah menjadi pengarah dan pengendali utama pengembangan Kawasan Puncak, kemudian diikuti dengan kehadiran badan usaha yang mengembangkan sektor wisata dan komersial, maka hadirnya akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, serta komunitas-komunitas penggiat lingkungan dan pemberdayaan masyarakat cukup memberi warna yang berbeda dalam perkembangan kawasan ini. Bahkan, dalam beberapa hal bukan hanya soal “warna” berbeda yang diberikan, namun juga “isi”.
- AKSI. Dalam rangka menyelesaikan sedikit dari isu-isu diatas, berbagai aksi nyata tim diuraikan dalam buku ini. Aksi-aksi mereka di kawasan ini kami anggap sangat layak untuk dibagikan kepada khalayak luas. Hal ini bukan karena kajian dan aksi tersebut telah berhasil menyelesaikan beragam masalah di Kawasan Puncak, namun karena rangkaian proses yang dilaluinya, baik dari sisi kegagalannya maupun sisi positifnya, merupakan pembelajaran yang berharga untuk diketahui masyarakat luas termasuk pemerintah. Alih-alih menguatkan pengendalian, pemerintah terlihat lebih memilih menyesuaikan kebijakan dan perencanaannya dengan keterlanjuran yang ada. Hal-hal seperti ini menyebabkan kawasan ini tidak semakin meningkat status keberlanjutannya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang disitir dalam buku ini, keberlanjutan dimensi hukum, kelembagaan, ekologi, dan sosial budaya kawasan ini ada dalam status tidak berkelanjutan. Satu-satunya dimensi keberlanjutan yang positif hanya dimensi ekonomi.
Aksi-aksi yang dilakukan antara lain di aspek pendidikan melalui kegiatan pembelajaran di lokasi ini seperti field study, aspek penelitian melalui dijadikannya Puncak sebagai laboratorium riset mahasiswa IPB (skripsi, tesis, disertasi), dan aspek pengabdian melalui kegiatan pendampingan masyarakat dan petani di sekitar kawasan puncak (pengelolaan kawasan hutan, pengolahan kopi, mulung sampah dll).
Buku ini diharapkan dapat mengisi sisi-sisi kosong pengetahuan yang belum tersebar ke khalayak luas, ataupun dapat melengkapi sisi-sisi yang telah dipahami selama ini sehingga dapat menjadi pemahaman yang lebih utuh melalui adanya berbagai bukti akademik dan empirik. Buku ini dapat menjadi menjadi pijakan informasi bagi aksi penyelamatan Kawasan Puncak dan wilayah-wilayah lainnya. Ada banyak kawasan di Indonesia yang memiliki cerita dan dinamika mirip seperti Kawasan Puncak, yang menempati dataran tinggi dan menjadi hulu yang memengaruhi daerah hilirnya yang luas, yang berada dalam kontestasi ketika kepentingan lingkungan hidup harus dihadapkan dengan kepentingan yang lain sehingga diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pengelolaan Puncak-puncak yang lain.