Neraca pangan merupakan suatu neraca yang menyediakan informasi mengenai perkiraan jumlah persediaan dan kebutuhan pangan pokok di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Neraca pangan ini disusun sebagai early warning system untuk mengantisipasi masalah pangan, penanganan pemenuhan ketersediaan dan pasokan pangan, sehingga harga pangan strategis menjadi lebih terkendali dan tidak terjadi inflasi yang tinggi. Neraca pangan yang disusun dalam penelitian ini meliputi 10 komoditas pangan strategis untuk Kota Jayapura yaitu daging ayam ras, telur ayam ras, ikan ekor kuning, ikan cakalang, bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan kangkung. Neraca ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi pasokan komoditas pangan strategis, termasuk di dalamnya informasi tentang daerah asal dan daerah tujuan barang. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah (1) Membentuk neraca bahan pangan Kota Jayapura yang mencakup jumlah kebutuhan konsumsi serta jumlah input output pasokan secara periodik dan terlihat efek seasonality setiap bulan; (2) Mendesain survei pasokan dengan frekuensi mingguan dan database contact person pemasok dan pedagang besar utama yang secara akumulatif memegang minimal 70% pangsa pasar, dan (3) Membuat jalur pasokan dan distribusi lengkap beserta persentase pangsanya.
Penelitian ini menggunakan perpaduan metode antara kualitatif dan kuantitatif (mixed method) pada bulan Oktober-Desember 2021 di Kota Jayapura. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion dengan instansi pemerintah (Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura, Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (Balai KIPM) Jayapura, BPS provinsi Papua dan BPS Kota Jayapura, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan) serta pelaku usaha (APRINDO). Selain itu, juga dilakukan observasi dan wawancara terstruktur dengan para pedagang besar yang ada di luar maupun di dalam Pasar Hamadi dan Pasar Youtefa. Pengumpulan data kuantitatif meliputi data primer yang diperoleh dari survei pada pedagang besar dari 10 komoditas strategis dan data sekunder diperoleh dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura, Balai KIPM Jayapura, BPS Provinsi Papua dan BPS Kota Jayapura, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Dari 10 komoditas pangan strategis, sebanyak 4 komoditas pangan memiliki nilai ketersediaan yang surplus (daging ayam ras 366,6 ton, ikan ekor kuning 189,9 ton, ikan cakalang 89,1 ton, bawang putih 327,8 ton) dan 6 komoditas mengalami defisit. Komoditas pangan yang mengalami defisit tersebut adalah telur ayam ras (650,3 ton), bawang merah (86,1 ton), cabai merah (9,5 ton), cabai rawit (108,9 ton), tomat (196,1 ton), dan kangkung (4.027,3 ton). Oleh karena itu, Kota Jayapura perlu meningkatkan pasokan dari luar Kota Jayapura untuk 6 komoditas tersebut agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Terdapat beberapa komoditas pangan strategis yang pasokannya dominan dari dalam Kota Jayapura yaitu ikan ekor kuning (100%) dan ikan cakalang (100%) dan sayuran seperti cabai merah (77,8%), cabai rawit (91,7%), tomat (89,8%), dan kangkung (100%). Sementara itu, komoditas lainnya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, dan bawang merah pasokannya dominan dari luar Kota Jayapura. Daging ayam ras terutama diimpor utamanya dari Jawa Timur (Kabupaten Jombang, Sidoarjo, Mojokerto, dan Kota Surabaya). Demikian pula halnya dengan telur ayam ras yang juga banyak diimpor dari Jawa Timur (Kota Surabaya dan Kota Blitar). Bawang putih banyak diimpor dari Kota Surabaya, sedangkan bawang merah dari Kota Surabaya dan Makassar. Selain dipasok dari daerah luar provinsi, Kota Jayapura juga dipasok oleh daerah lain dalam satu Provinsi Papua. Daerah-daerah yang satu provinsi dan menempati tiga besar pemasok adalah (1) Kabupaten Merauke untuk cabai merah dan cabai rawit, (2) Kabupaten Nabire untuk cabai merah, dan (3) Kabupaten Manokwari untuk cabai rawit dan tomat.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kami merekomendasikan adanya peningkatan pasokan terutama untuk komoditas-komoditas strategis yang neracanya negatif (telur ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan kangkung). Peningkatan pasokan tersebut dapat bersumber dari impor dan produksi dalam daerah. Untuk impor, idealnya tidak bergantung pada satu atau sedikit daerah saja melainkan dapat divariasikan. Hal ini berguna untuk meminimumkan dampak jika ada gangguan terhadap suplai (misalnya ketika gagal panen) dari suatu daerah pemasok. Aktivitas impor ini juga memerlukan infrastruktur penunjang seperti cold storage sehingga kapasitas stok dapat ditingkatkan. Untuk peningkatan produksi, ekstensifikasi dan intensifikasi komoditas-komoditas hortikultura dapat difokuskan di kawasan hinterland Kota Jayapura seperti di Distrik Muara Tami, atau di daerah-daerah lain dalam satu provinsi yang secara tradisional selalu memasok kebutuhan Kota Jayapura seperti Merauke, Nabire, dan Manokwari.
Terakhir, diperlukan pengorganisasian petani yang juga menjadi pedagang dari komoditas usaha taninya. Selain ini akan memudahkan proses survei dan monitoring ketersediaan karena organisasi petani tersebut dapat merepresentasikan pangsa pasar yang lebih besar, pengorganisasian ini juga dapat dijadikan bagian dari pemberdayaan petani.