Foto : Ilustrasi pasar tradisional
Pangan merupakan unsur penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa Indonesia. Pangan dan gizi merupakan salah satu unsur yang sangat strategis dalam meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pembangunan pangan di wilayah Kabupaten Tuban merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan nasional. Namun demikian, keberlanjutan ketersediaan pangan di Kabupaten Tuban dihadapkan pada beberapa masalah dan tantangan. Salah satu masalah adalah kapasitas produksi pangan yang semakin terbatas karena adanya peningkatan jumlah penduduk dan konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian, sehingga rata-rata penguasaan lahan pertanian oleh petani menjadi semakin kecil. Produksi pangan ini meliputi tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan dan perikanan.
Salah satu instrumen untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk adalah pola pangan harapan (PPH). Pola pangan harapan (PPH) merupakan instrumen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun keanekaragaman komposisi pangan menurut jenis pangan. Instrumen PPH dinyatakan dalam skor PPH. Skor ini merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan. Konsep PPH sejalan dengan kebijakan dan tujuan ketahanan pangan dan penganekaragaman konsumsi pangan, karena ketahanan pangan tidak mungkin tercapai tanpa diversifikasi konsumsi pangan. Upaya untuk lebih menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat baik secara mutu maupun kuantitas sebagai usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia sudah dicanangkan dalam kebijakan Inpres No. 20 tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dalam PERPRES No. 22/2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumberdaya Lokal.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa secara kuantitas pola konsumsi penduduk Kabupaten Tuban masih dibawah rata-rata angka kecukupan energi (AKE) dan angka kecukupan protein (AKP). Meskipun demikian, data menunjukkan telah terjadi peningkatan kuantitas konsumsi dari tahun 2015-2018. Wilayah agroekologi pertanian dan wilayah ekonomi tertinggal merupakan wilayah dengan kuantitas konsumsi yang paling rendah. Wilayah agroekologi perikanan dan wilayah ekonomi maju merupakan wilayah dengan kuantitas konsumsi yang paling tinggi. Berdasarkan kualitasnya, konsumsi pangan penduduk Kabupaten Tuban 2018 sudah cukup beragam dengan skor 83,1 meskipun masih dibawah standar pelayanan minimal (SPM) yaitu 90,0 dan target tahun 2019 sebesar 92,5. Wilayah pertanian dan wilayah dengan ekonomi tertinggal merupakan wilayah dengan keragaman konsumsi yang paling rendah. Wilayah agroekologi lainnya dan wilayah ekonomi maju memiliki keragaman konsumsi yang paling tinggi. Secara umum, telah terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 2017. Peningkatan konsumsi padi-padian, pangan hewani dan sayur dan buah masih erlu digalakkan karena ketiga kelompok pangan tersebut memiliki gap konsumsi yang terbesar dibandingkan dengan standar. Berdasarkan hasil kajian tersebut maka telah dirumuskan enam rekomendasi yang dapat meningkatkan konsumsi pangan melalui peningkatan ketersediaan dan akses pangan baik fisik maupun ekonomi di wilayah Kabupaten Tuban. Rekomendasi tersebut diantaranya :
- Peningkatan energi dari kelompok padi-padian dapat berfokus pada peningkatan konsumsi jagung dengan menggalakkan kembali konsumsi nasi jagung.
- Peningkatan energi dari umbi-umbian dapat difokuskan pada ketela pohon atau singkong dengan berbagai pangan olahannya.
- Peningkatan protein dari kelompok pangan hewani dapat berfokus pada optimalisasi konsumsi ikan sesuai dengan potensi perikanan khususnya ikan laut.
- Peningkatan sayur dan buah dapat berfokus pada sayur dan buah musiman, agar semua produksi petani bisa terserap.
- Peningkatan promosi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan cara yang lebih terintegratif, dan dipasang disetiap tepat makan, misal dengan memasang stiker Piring Makanku, Gemar makan ikan, dll.
- Adanya himbauan ke semua kantor pemerintahan sampai di tingkat RT untuk selalu menyajikan snack dan makan berbasis pangan unggulan daerah dan pangan lokal dalam setiap acara.
Kajian ini dilaksanakan dalam jangka waktu empat bulan (Maret-Juni 2018) kerjasama antara Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban. Kajian ini dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sekaligus sebagai ahli ilmu gizi dan di dukung dua anggota tim yaitu Dr. Ir. Suwarto, MSi. dan Rian Diana, SP, MSi.