oleh: Arief Rahman
Pendampingan yang dilakukan P4W LPPM-IPB kepada Kampung Sukagalih di Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi dilakukan untuk mengoptimalkan potensi kampung ini untuk dikembangkan sebagai kampung ekowisata. Modal alam yang dimilikinya sungguh sangat mendukung bagi kegiatan ekowisata seperti sungai dengan airnya yang begitu jernih yang membelah persawahan yang produktif dan rapi, adanya hutan damar yang teduh dan nyaman untuk trekking, hingga flora dan fauna yang unik sebagai bagian dari kekayaan hayati Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang memang bersebelahan dengan kampung ini. Dengan kata lain, Kampung Sukagalih ini memang menjadi bagian dari penyangga Taman Nasional.
Hutan damar (sebelah kiri) di areal Taman Nasional Gunung Halimun Salak, sungai, dan sawah sebagai bagian dari daya tarik wisata Kampung Sukagalih (foto: Aakif)
Selain soal modal alam, secara mata pencaharian sebagai petani padi, sayur mayur, dan peternak (domba Garut) pun adalah jenis mata pencaharian yang potensial untuk diintegrasikan sebagai bagian dari atraksi wisata. Dari sisi kehendak, warga kampung sudah bersepakat untuk mengembangkan ekowisata. Secara swadaya, ada infrastruktur yang telah dibangun untuk meningkatkan kualitas pengalaman berwisata di kampung ini. Ditambah lagi, banyak warga yang sudah siap untuk menjadikan rumahnya sebagai homestay bagi para pengunjung.
Kunjungan tim P4W LPPM-IPB pada Sabtu-Minggu, 10-11 April 2021 adalah kunjungan kali ketiga yang telah dilakukan, dengan kunjungan pertama adalah pada tanggal 4-5 Januari 2020, dan kunjungan kedua pada 20-21 Agustus 2020. Jika dihitung dari kunjungan pertama, memang proses pendampingan ini sudah berjalan satu tahun lebih. Namun, kemunculan pandemi COVID-19 menyebabkan pendampingan tidak intens dilakukan, dan banyak rencana yang harus digeser. Sebagaimana umumnya yang terjadi pada sektor pariwisata yang menjadi salah satu sektor yang paling terpukul akibat pandemi, rencana pengembangan dan pemasaran ekowisata Sukagalih pun banyak yang kemudian ditunda.
Namun, sebagaimana ditunjukkan dari hasil kunjungan ketiga ini, berbagai penundaan tidak menyurutkan semangat warga untuk tetap menjaga rencana pengembangan ekowisata ini sebagai target kampung yang harus diwujudkan. Diskusi tim P4W dengan warga yang memang selalu dilakukan di malam hari ramai dihadiri oleh warga lengkap dengan antusiasmenya. Melengkapi soal modal alam yang telah disebutkan di atas, ada satu bentuk modal lagi yang dimiliki Kampung Sukagalih yaitu modal sosial dalam bentuk keeratan relasi antar warga dan kegotongroyongan yang terpelihara. Modal sosial ini menjadi pelengkap penting dari modal alam yang ada, dan membuat target pengembangan ekowisata ini menjadi target kolektif yang (seharusnya) akan semakin mudah untuk dicapai.
Hasil dari kunjungan ketiga ini adalah beberapa kesepakatan seperti:
- kunjungan balasan dari tim Kampung Sukagalih ke Bogor dalam rangka pembuatan media promosi ekowisata,
- bahwa secara internal, warga kampung akan:
- merancang kalender wisata selama satu tahun, memanfaatkan jadwal-jadwal rutin yang memang menjadi aktivitas mata pencaharian seperti jadwal tanam, jadwal panen, dan lainnya yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bagian dari atraksi wisata, dan
- menyepakati mekanisme kelembagaan di tingkat lokal, seperti siapa yang akan ditampilkan sebagai contact person di media promosi yang akan dibuat (apakah nama orang atau nama lembaga).