Setiap individu membutuhkan makanan sebagai sumber energi untuk beraktivitas. Makanan yang dikonsumsi sangat berpengaruh terhadap kondisi fisiologis tubuh. Oleh karena itu, asupan makanan harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Kualitas ditentukan berdasarkan kandungan gizi dari komoditas pangan dimana di dalamnya terkandung beragam nilai gizi yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Kemudian kuantitas merupakan jumlah asupan makanan yang diperlukan oleh tubuh sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
FAO-RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai “komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. Maka PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. Pola pangan harapan (PPH) ini ditunjukkan melalui skor dengan skor maksimal 100. Oleh karena itu semakin beragam dan proporsional konsumsi pangan masyarakat maka skor PPH-nya makin tinggi.
Konsep Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang (B2SA) ini berkaitan erat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Karena implementasi pola pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman di tingkat keluarga akan berdampak pada cakupan masyarakat yang lebih luas sehingga memengaruhi capaian skor PPH. Dalam penghitungan skor PPH, setiap kelompok pangan diberi bobot yang didasarkan pada fungsi pangan dalam triguna makanan (sumber karbohidrat/zat tenaga, sumber protein/zat pembangun, serta vitamin dan mineral/zat pengatur). Ketiga fungsi zat gizi tersebut memiliki proporsi yang seimbang, masing-masing sebesar 33.3% (berasal dari 100% dibagi 3).
Untuk memenuhi aspek kualitas dan kuantitas tersebut maka sekarang kita mengenal konsep Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), artinya setiap makanan yang dikonsumsi harus beragam komoditasnya, bernilai gizi yang baik bagi kesehatan tubuh, seimbang yaitu sesuai dengan kebutuhan tubuh, dan aman dari cemaran yang berpotensi mengganggu kesehatan. Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi di tingkat keluarga dapat menentukan kualitas konsumsi masyarakat di tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional. Adapun parameter yang mengukur situasi konsumsi pangan masyarakat ini adalah Pola Pangan Harapan (PPH).
Analisis situasi konsumsi pangan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan bidang pangan untuk menjamin terwujudnya konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Situasi konsumsi pangan dapat dilihat dari indikator baik kuantitas maupun kualitas berdasarkan keseimbangan gizi dan anekaragam pangan. Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis keragaan pola konsumsi pangan penduduk berdasarkan PPH di Kota Bogor tahun 2023. Dari kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai situasi konsumsi pangan di Kota Bogor tahun 2023, serta usulan kebijakan dan program aksi pengembangan konsumsi dan suplai pangan.
Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan: 1) “Aplikasi Analisis Situasi dan Kebutuhan Konsumsi Pangan Wilayah Kota” yang dikembangkan oleh Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian dan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Program aplikasi ini digunakan untuk data primer survei konsumsi pangan: 2) “Aplikasi Harmonisasi Analisis Pola Pangan Harapan berdasarkan Data Susenas” yang dikembangkan oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian 2022; 3) IBM SPSS ver 21. Berdasarkan data Susenas, pada tahun 2022, kuantitas dan kualitas konsumsi pangan penduduk sudah cukup dengan keragaman yang sedang.
Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Skor PPH Kota Bogor Berdasarkan Golongan Pengeluaran Tahun 2023
Analisis situasi konsumsi pangan Kota Bogor tahun 2023 dilakukan menggunakan data Susenas tahun 2021. Pada tahun 2023, kuantitas dan kualitas konsumsi pangan penduduk Kota Bogor masih belum cukup dan memiliki keragaman konsumsi pangan yang sedang. Konsumsi energi dan protein pada tahun 2023 adalah 1.905 kkal/kap/hari (90,7%) dan 57,1 g/kap/hari (101,9%) serta Skor PPH Kota Bogor tahun 2022 sebesar 83,7 (92,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin baik kualitas pangannya terutama tinggi konsumsi padi-padian, pangan hewani serta sayur dan buah. Capaian kuantitas dan kualitas konsumsi pangan Kota Bogor tahun 2023 sedikit mengalami penurunan dan berada dibawah target. Konsumsi energi tahun 2023 (1.905 kkal/kap/hari) lebih rendah 9,3% dari target yang ditetapkan yaitu 2.100 kkal/kap/hari. Konsumsi protein tahun 2023 (57,1 gram/kap/hari) lebih tinggi 1,9% dari target yang ditetapkan yaitu 56 gram/kap/hari. Selain itu, skor PPH tahun 2023 83,1 lebih rendah 7,6% dari target yang ditetapkan 89,9.
Secara spesifik, beberapa rekomendasi terkait peningkatan akses dan konsumsi yang diajukan sebagai berikut: (1) Sumber Karbohidrat, (2) Sumber Protein, (3) Sumber Vitamin dan Mineral, dan (4) Peningkatan pendapatan dan akses pangan.