Pada tahun 2022 hingga 2023, distribusi penduduk yang bekerja di bidang pertanian mencapai 29,36 persen , dengan total penduduk yang bekerja sebanyak 138,63 juta jiwa (BPS 2022), sehingga pertanian menjadi lapangan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian dipicu oleh potensi sumberdaya lahan pertanian yang mendukung. Pulau Jawa memiliki kontribusi terbesar dalam menopang kebutuhan pangan nasional, sebab memiliki lahan sawah terluas mencapai 3,2 juta hektar. Provinsi Jawa Barat menempati urutan ketiga sebagai salah satu provinsi yang memiliki lahan sawah terluas di Pulau Jawa, yaitu sekitar 928 ribu hektar pada tahun 2019 . Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang tidak hanya menyokong kebutuhan pangan di wilayah provinsi namun juga kawasan metropolitan Jabodetabek adalah Kabupaten Bogor. Lahan sawah di Kabupaten Bogor seluas 46,141 hektar pada tahun 2019 (BPS Kabupaten Bogor 2019).
Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dengan berbagai fungsi pengembangan potensi daerah yang berbeda, salah satunya adalah sebagai pendukung ketahanan pangan atau lumbung padi. Kecamatan Cariu menjadi salah satu lokasi yang memiliki fungsi tersebut (Diskominfo Kabupaten Bogor 2017). Potensi tersebut di dukung oleh ketersediaan lahan pertanian sawah sebesar 2.245 ha yang terdiri dari 2.070 ha lahan sawah irigasi dan 175 ha sawah tadah hujan dengan produktivitas rata-rata mencapai 6,35 ton/ha pada 2020 (BPS Kabupaten Bogor 2020). Lebih lanjut, sebagian lahan sawah yang ada di Kecamatan Cariu termasuk dalam perencanaan lahan sawah yang dilindungi, sehingga lokasi tersebut sesuai untuk dibangun sistem informasi pertanianya secara detil.
Mengingat posisi geografis Kecamatan Cariu khususnya dan secara umum Kabupaten Bogor yang berdekatan dengan ibukota Jakarta, maka lahan sawah di Kabupaten Bogor terancam oleh pesatnya perkembangan dan pembangunan kawasan metropolitan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah Kabupaten Bogor, sebab meluasnya konversi lahan pertanian dapat menjadi faktor yang menyebabkan berkurangnya ketersediaan pangan di daerah ini, termasuk menurunnya siklus pendistribusian dan pemenuhan pangan di kawasan metropolitan. Di samping itu, alih fungsi lahan sawah juga dapat mengancam keberlanjutan swasembada pangan, mengurangi penyerapan tenaga kerja, menurunkan kualitas lingkungan, serta mengganggu kesejahteraan sosial masyarakat di daerah setempat, terutama masyarakat tertinggal dengan pendidikan terbatas.
Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan ini adalah membangun data dan basis data serta mengembangkan rancangan awal sistem informasi pertanian untuk mewujudkan pertanian pangan yang berkelanjutan. Kajian ini dilakukan dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan daerah, maka diperlukan perencanaan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan secara optimal oleh pemerintah Kabupaten Bogor. Hal ini juga untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian akibat pesatnya perkembangan kawasan metropolitan. Perencanaan lahan pertanian berkelanjutan di daerah ini harus melibatkan tidak hanya berbagai tingkat pemangku kepentingan, namun juga petani setempat sebagai pemilik lahan pertanian. Sistem informasi pertanian yang dikembangkan seharusnya memuat berbagai data lahan pertanian secara lengkap, seperti lokasi dan luas lahan, kondisi fisik lahan pertanian, status kepemilikan/penguasaan, produktivitas, jenis komoditas dan varietas, sumber pengairan, isu dan permasalahan pertanian, aspirasi petani, dan berbagai informasi pertanian lainnya yang mendukung.
Luas Lahan Baku Sawah (LBS) di Kecamatan Cariu Tahun 2019 menurut desa (Sumber: Dinas Pertanian Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bogor)
Meskipun kegiatan ini merupakan kegiatan yang kompleks, berbagai kemajuan telah dicapai, searah dengan tujuan. Sebagian besar kegiatan pemetaan petak sawah telah berhasil dilakukan dengan memanfaatkan citra VHR dari Bing dan Google Earth. Meskipun demikian, usia citra yang cukup lama memerlukan informasi tambahan. Kegiatan ini memanfaatkan perkembangan teknologi UAV untuk memperoleh data baru pada wilayah yang diduga telah berkembang. Pengayaan atribut dari basis data spasial petak lahan pertanian yang dibangun telah mulai dilakukan. Pendekatan yang digunakan adalah pemetaan partisipatif, yang memungkinkan diskusi yang lebih mendetil pada aspek cakupan kelompok tani atau atribut lain yang lebih mendetil.
Kelengkapan data dan informasi menjadi masukan utama bagi berbagai opsi sistem informasi yang perlu didesain di masa mendatang. Pilihan konversi layout QGIS ke format web merupakan pilihan yang paling mudah, tetapi memiliki proses yang cenderung statik dan kurang cocok untuk sistem yang cenderung dinamis. Pilihan lain adalah dengan mengadopsi sistem cloud yang tersedia dan mudah diterapkan seperti ArcGIS Online atau QGIS Cloud, tetapi mengandung risiko bagi data yang penting dan sensitif. Pilihan terakhir adalah dengan membangun sistem mandiri yang lebih aman untuk data yang sensitif dan dapat dikustomisasi, tetapi membutuhkan waktu yang lama dalam pembangunannya.
Basis data yang dibangun merupakan basis data yang krusial dari segi aplikasi dan keamanan datanya. Aplikasi yang beragam menunjukkan pentingnya dinas dalam merancang kegiatan serupa pada kecamatan lain, serta pendetilan by name by address yang memerlukan keterlibatan multi pihak, terutama masyarakat. Mengingat keamanan data juga sangat penting, dinas perlu merancang suatu task force yang berwenang mengedit dan mengelola data yang ada.