Kabupaten Parigi Moutong merupakan daerah yang memiliki potensi di sektor pertanian. Beberapa jenis tanaman pertanian yang dikembangkan di Kabupaten Parigi Moutong antara lain tanaman palawija, hortikultura, sagu, kelapa, kakao, durian, cengkeh dan tanaman perkebunan lainnya. Upaya penggabungan semua sektor yang terintegrasi perlu dilakukan agar pemanfaatan antar sektor menjadi optimal dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Integrated Farming Tourism System dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang ditawarkan. Sistem ini merupakan sebuah sistem yang mengelola usaha tani dengan memadukan sektor pertanian, peternakan maupun dengan kehutanan menjadi suatu kesatuan yang utuh. Kegiatan berlokasi di Desa Siney Kecamatan Tinombo Selatan merupakan upaya demplot percontohan yang diharapkan dapat dikembangkan di kawasan lain di Kabupaten Parigi Moutong.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kabupaten Parigi Moutong secara langsung memberikan efek domino. Efek tersebut dapat dianalisis dari efek berganda (multiplier effect). Adapun beberapa dampak yang langsung yang ditimbulkan yaitu, peningkatan informasi masyarakat terkait integrated farming, peningkatan jumlah dan intensitas pendapatan, serta memberikan inspirasi bagi masyarakat luas sehingga masyarakat dapat mengembangkan model pertanian terpadu yang lainnya. Pola integrasi antara tanaman dan ternak sangat menunjang program penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian. Petani mampu mengatasi permasalahan ketersediaan pangan dengan limbah tanaman seperti jerami, limbah kacang – kacangan, dan lain sebagainya. Terlebih jika musim kering, limbah yang dihasilkan bisa menyediakan pakan sebesar 33,3% dari total rumput yang diberikan.
Program perencanaan pembangunan integrated farming tourism di Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari beberapa tahap, yaitu pra-survei, survei lokasi (penentuan lokasi, survei eksisting, dan pengukuran lokasi tiap sektor), serta tahap desain (persiapan desain, pembuatan desain, dan finalisasi desain). Pada tahap pra-survei dilakukan penentuan komoditi dan sektor yang masuk dalam integrated farming tourism system. Sektor yang diterapkan antara lain pertanian (kelapa, sagu, bayam, kangkung, padi, jagung, pakcoi, cabai, tomat, terong, jahe, kencur, daun bawang, caisim, bawang merah, kacang panjang, dan labu madu), sektor perikanan (nila salin, lele, nila, dan gurami), peternakan (sapi dan itik). Perhitungan jumlah tiap komoditas dilakukan pada tahap survei. Hal tersebut dikarenakan jumlah tiap sektor perlu memperhatikan luasan lahan yang disediakan.
Tahap terakhir dalam rencana pembangunan integrated farming tourism system adalah desain. Tahapan ini merupakan bentuk finalisasi dari semua data (inventarisasi) yang telah dikumpulkan. Output yang dihasilkan berupa peta rencana pembangunan dan site plan. Semua desain dimulai dengan gambar 2 dimensi pada aplikasi AutoCAD dan di import ke SketchUp untuk menghasilkan gambar 3 dimensi. Output tersebut menjadi dasar pada tahap pembangunan. Dengan demikian, kegiatan perencanaan pembangunan wisata pertanian terpadu melahirkan sebuah data rencana pembangunan yang menjadi pedoman atau disebut dengan planning guideline.
Untuk merealisasikan pembangunan pertanian terpadu yang mengacu pada planning guideline maka program yang dilakukan di Kabupaten Parigi Moutong tidak hanya berhenti pada tahap perencanaan. Lebih lanjut dilakukan pula pendampingan pelaksanaan program. Pendampingan dimulai dari tahap persiapan pembangunan hingga penyelesaian pembangunan. Terdapat pula beberapa strategi yang dilakukan untuk mengurangi risiko kendala yang mungkin ditemui oleh OPD di lapangan, Kendala tersebut dapat mengakibatkan pembangunan yang berubah dari perencanaan. Estimasi waktu yang lebih banyak dapat terjadi jika tidak dilakukannya kegiatan pendampingan.