Pemetaan Kawasan Agropolitan Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang sebagai wilayah penyangga bagi ibukota, DKI Jakarta, mempunyai kawasan perdesaan cukup banyak dengan potensi pertanian cukup luas.  Dalam rangka untuk mengurangi ketimpangan wilayah dengan wilayah DKI Jakarta, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi di kawasan perdesaan di Kabupaten tangerang sangat penting.  Pengembangan kawasan agroploitan menjadi salah satu solusi dalam rangka peningkatan perekonomian kawasan perdesaan dan meminimalisir alih fungsi lahan di Kabupaten Tangerang.

Kawasan agropolitan merupakan embrio kawasan perkotaan yang berorientasi pada pengembangan kegiatan pertanian, kegiatan penunjang pertanian, dan kegiatan pengolahan produk pertanian.  Pengembangan kawasan agropolitan merupakan pendekatan dalam pengembangan kawasan perdesaan. Atas dasar pemikiran tersebut maka, sangat penting kabupaten tangerang mulai mengembangkan kawasan perdesaan berasis pengembangan kawasan agropolitan. Tujuan kegiatan ini  adalah selain untuk menunjukkan potensi pengembangan kawasan agropolitan di salah satu Sentra Produksi Hortikultura yaitu di Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang. Tujuan lainnya adalah melakukan pemetaan kawasan agropolitan untuk menjadi dasar dalam penyusunan master plan pengembangan agropolitan.

Berdasarkan hasil survey lapang, pengolahan dan analisis data bahwa komoditas unggulan untuk kawasan agropolitan adalah Hortikultura dengan komoditas Bayam, kangkung, caisin, sayur buah (dominan), terong, daun pepaya, cabai, pakcoy. Untuk luasan potensi pengembangan kawasan dengan komoditas unggulan hortikulra yaitu seluas 119 Ha yang tersebar di 4 Desa, Desa Sarakan, Desa Sangiang, Desa Pondok Kelor, dan Desa Gempolsari.

Selain itu, hasil survei lapangan ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam Kawasan pengembangan agropolitan antara lain: (1) Permasalahan infrastruktur penunjang pertanian baik yang belum memadai dan belum lengkap. (2) Permasalahan penggunaan lahan, berupa penggunaan lahan hortikultura yang tumpeng sari dengan padi dan masuknya beberap pengembang yang memungkinkan untuk mengalih fungsikan lahan pertanian. (3) Permasalahan penyakit tanaman dan hama yang menyerang tanaman sayuran seperti ulat. (4) Permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM), kekurangan sumber daya manusia terlatih untuk pengembangan sayuran dan pemanfaatan lahan yang masih kosong. (5) Permasalahan tentang air, baik berasal dari irigasi primer maupun sekunder. Irigasi sering kali mampat karena sampah rumah tangga dan Ketika kemarau datang menjadi kering. (6) Permasalahan pasca panen, dimana harga menjadi masalah, salah satunya harga sayuran yang tidak stabil menyebabkan petani terkadang menjadi rugi.

Dalam kegiatan survei lapangan, dilakukan juga beberapa pemantauan terkait kegiatan pertanian hortikultura dari hulu sampai hilir, dan juga sarana prasarana pertanian di keempat desa yang masuk dalam kawasan agropolitan. Sarana prasarana yang di miliki dari keempat desa di dalam kawasan secara keseluruhan masih kurang memadai untuk dikatan sebagai kawasan perdesaan berbasis agropolitan. Oleh karena itu, beberapa temuan dari hasil kegiatan Pemetaan Kawasan Agropolitan ini akan menjadi dasar dalam penyusunan Master Plan Pemgembangan kawasan agropolitan di Tangerang. Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pengembangan komoditas unggulan di kawasan agropolitan di atas, perlu disusun program prioritas yang akan dilakukan. Kedepan perlu juga perlu dilakukan analisis potensi pengembangan kawasan pertanian dan perencanaan pemanfaatan ruang berdasarkan hasil kajian ini.

label,

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *